Dwimonarki Inggris dan Prancis mulai berdiri pada tanggal 21 Oktober 1422 setelah kematian Raja Charles VI dari Prancis. Sebelumnya, ia telah menandatangani Perjanjian Troyes yang memberikan tahta Prancis kepada menantunya, Raja Henry V dari Inggris. Perjanjian itu mengesampingkan anak laki-laki Charles, Dauphin Charles, yang seharusnya menjadi penerus Kerajaan Prancis. Walaupun sudah diratifikasi oleh états généraux, tindakan ini berlawanan dengan hukum penerus Prancis yang menyatakan bahwa tahta Prancis tidak boleh diserahkan kepada orang lain. Anak laki-laki Henry V, Henry VI, dimahkotai sebagai Raja Prancis pada tanggal 16 Desember 1431,[1] tetapi ia hanya diakui oleh Inggris dan Bourgogne[2] sebagai Raja Henri II dari Prancis.[3][4][5][6][7][8]
Sementara itu, Dauphin dimahkotai sebagai Raja Charles VII di Reims pada tanggal 17 Juli 1429, dan salah satu faktor yang memungkinkan hal tersebut adalah perjuangan Jeanne d'Arc yang berkeyakinan bahwa misinya adalah membebaskan Prancis dari cengkeraman Inggris.[9][10] Pada tahun 1435, Adipati Bourgogne Philippe yang Baik (yang telah dilepaskan dari kewajibannya kepada Henry VI oleh legatus kepausan)[11] mengakui Charles VII sebagai Raja Prancis yang sah.[2] Keputusan ini menjadi salah satu faktor penting yang mengakhiri kekuasaan de facto Henry di Prancis France.[12] Dwimonarki ini dibubarkan setelah kota Bordeaux direbut oleh pasukan Charles VII pada tanggal 19 Oktober 1453, sehingga mengakhiri Perang Seratus Tahun. Inggris diusir dari semua wilayah Prancis (kecuali Calais). Charles VII pun menjadi Raja Prancis yang tidak terbantahkan.
© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search